Bismillahirrahmaanirrahiem. Pernahkah sebelumnya kita
mendengar kata falsification test? Sebagian besar para ilmuwan akan
mengenalnya, namun bagaimana dengan kita – orang biasa? Tulisan ini akan
menceritakan sepenggal kisah tentang falsification test itu sendiri. Semoga
bermanfaat.
Sebagai muslim yang beriman, kita tentunya meyakini akan
kebenaran ajaran Islam itu sendiri. Siapa saja yang mengingkari ajarannya,
tentu ia sudah menjadi seorang kafir – pengingkar Islam. Namun bagaimana dengan
agama lain? Apakah keyakinan mereka akan runtuh berkaitan dengan fakta
tersebut? Apakah penganut agama lain akan langsung berpindah agama ketika
diberitahu oleh kita – seorang muslim – tentang kebenaran Islam? Tentu tidak.
Banyak kisah diberbagai belahan dunia tentang masuk Islamnya
(muallaf) masyarakat tertentu, baik itu perorangan atau bahkan golongan.
Berbagai latar belakang terjadi dengan perpindahan keyakinan tersebut, dimulai
dari diri sendiri; ada rasa ketertarikan dengan Islam melalui Quran, atau oleh
ajakan orang lain. Salah satu ulama yang trend saat ini yang berhasil
memuallafkan ratusan bahkan ribuan orang adalah dr. Zakir Naik. Beliau adalah
seorang dokter lulusan Universitas Mumbai, India yang beralih profesi menjadi
ulama perbandingan agama yang melakukan tur dan ceramah ke berbagai belahan
dunia.
Dari setiap tur dakwah keliling dunia tersebut, dr. Zakir
Naik memberikan berbagai ceramah dengan cerdas tentang kebenaran ajaran Islam
dan apik dalam menjawab berbagai pertanyaan keagamaan, baik itu tentang Islam
atau agama lain, terlebih Kristen, Hindu, Budha, dan ajaran kepercayaan
lainnya. Ada satu bagian dari dakwahnya yang membuat saya tertarik untuk menulis
tentang ini, yakni tentang Falsification Test atau diartikan sebagai uji
kesalahan.
Dalam ceramahnya, beliau membahas tentang filosofi kebenaran
sebuah teori. Singkatnya, sebuah teori bisa dijadikan sebuah hukum atau fakta
bila berhasil melewati falsification test atau uji kesalahan tersebut. Kita
harus tahu, bahwa semua ilmuwan itu sibuk, baik dengan kajian ilmiahnya maupun
permohonan analisa dari teori yang sudah ada. Maka dari itu, para ilmuwan
sepakat untuk melakukan falsification test pada setiap teori yang diajukan.
Konsepnya seperti ini, kita harus meneliti sendiri akan
teori yang kita ciptakan, dan kita harus menemukan kesalahan-kesalahan yang
bisa meruntuhkan teori tersebut. Bila terbukti kita menemukan kesalahan,
berarti teori kita benar. Sebagai contoh Albert Einstein; ia membuat sebuah
teori tentang bagaimana alam semesta ini bisa bekerja sendiri. Dan dalam
pengajuannya, ia menemukan tiga cara untuk menemukan kesalahan dalam teorinya.
Lalu selama 6 tahun, para ilmuwan setuju akan hal tersebut. Itulah yang kita
sebut sekarang hukum gravitasi (e=m.c2).
Lalu yang akan saya bahas disini adalah tentang Quran. Quran
juga bisa dilakukan falsification test. Namun perlu saya tekankan sejak awal,
ini tidak berarti bahwa quran itu ada salahnya. Tapi ini justru akan menguatkan
akan kebenaran Quran. Tulisan ini akan (harusnya) menguatkan keyakinan kita
terhadap Islam bila suatu saat dihadapkan dengan dialog perbandingan agama.
Jadi, untuk membuktikan Quran itu salah sebenarnya simpel,
tidak perlu kuliah perbandingan agama ataupun meneliti validitas sejarah Quran
itu sendiri. Kita semua bisa membuktikannya, tidak hanya umat Islam, tapi tetap
harus belajar lebih mendalam tentang Islam dilain waktu. Perlu diketahui,
falsification test ini dibagi dua bagian;
a. Test yang
dilakukan hanya berlaku pada saat itu saja ketika wahyu diturunkan (Past Test)
b. Test yang
dilakukan diberbagai waktu, hingga sekarang (Current Test)
PAST TEST
Contoh untuk test ini adalah kisah Abu Lahab, ia adalah
paman nabi Muhammad SAW dan memiliki julukan (Fathers of Fire, ayahnya api).
Walau dianggap baik terhadap Nabi, tapi kapanpun ia melihat sahabat yang
berbicara dengan Nabi, pastilah akan diputarbalikkan keadaanya. Setiap kali ia
melihatnya, ia akan bertanya kepada sahabat; “apa yang dikatakan Nabi? Apakah
ia mengatakan putih? Bukan, maksudnya itu hitam. Apa ia mengatakan siang?
Bukan, maksudnya malam”. Begitulah ia berbuat dengan memutarbalikkan fakta. Ia
merupakan musuh Nabi. Ia menggunakan berbagai cara untuk meyakinkan sahabat,
bahwa perkataan Rosulullah itu salah/terbalik.
Dalam al-Quran terdapat surat yang khusus membahas tentang
Abu Lahab itu sendiri. Disana dinyatakan bahwa Abu Lahab dan istrinya akan
dijerumuskan ke dalam neraka. Ini membuktikan bahwa pada saat itu, Abu Lahab
tidak akan pernah masuk Islam. Padahal surat ini diwahyukan 10 tahun sebelum
kematian Abu Lahab itu sendiri.
Namun apa yang terjadi? Apakah Abu Lahab masuk Islam? Apakah
ia dimasukkan ke surga? TIDAK. Padahal, jika saja Abu Lahab masuk Islam, maka
itu akan membuktikan bahwa Quran itu salah. Padahal, dalam jangka waktu 10
tahun tersebut, Rosulullah selalu mengingatkan akan ajaran Islam kepadanya,
tapi tetap saja ia tidak menerima dan semakin meyakinkan akan kebenaran Quran
itu sendiri. Inilah Falsification Test untuk masa lalu. Mengapa bisa terjadi?
Karena Quran (Islam) itu dibuat oleh Allah – Tuhan semesta alam yang mengetahui
akan masa depan.
Apakah bisa dimengerti? Test ini terbukti tidak menjadikan
Quran itu salah, namun justru malah menguatkan kebenaran Quran itu sendiri.
Selanjutnya kita ke contoh kedua.
Dalam surat Al-Baqoroh [2] ayat 94-96 dinyatakan:
“Katakanlah: ‘Jika kamu (menganggap bahwa) kampung akhirat
(surga) itu khusus untukmu di sisi Allah, bukan untuk orang lain, Maka inginilah
kematian(mu), jika kamu memang benar.’ (al-Baqarah: 94) Dan sekali-kali mereka
tidak akan mengingini kematian itu selama-lamanya, karena kesalahan-kesalahan
yang telah diperbuat oleh tangan mereka (sendiri), dan Allah Maha mengetahui
siapa orang-orang yang aniaya. (al-Baqarah: 95) dan sungguh kamu akan mendapati
mereka, manusia yang paling tamak kepada kehidupan (di dunia), bahkan (lebih
tamak lagi) dari orang-orang musyrik. masing-masing mereka ingin agar diberi
umur seribu tahun, Padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan
menjauhkannya daripada siksa. Allah Maha mengetahui apa yang mereka kerjakan.”
(al-Baqarah: 96)
Ayat ini mengisahkan tentang mubahalah (adu do’a) antara
Rosulullah dengan kaum Yahudi untuk mengetahui, kaum manakah yang berdusta, namun
nyatanya kaum Yahudi menolak mubahalah tersebut, karena mereka takut bencana
akan dimusibahkan kepada mereka (“…dan sekali-kali mereka tidak akan mengingini
kematian itu selama-lamanya…” ayat 95).
Orang-orang Yahudi sangat takut akan kematian, bahkan mereka
malah menginginkan umur mereka dipanjangkan menjadi 1000 tahun lamanya
(“…masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun….” Ayat 95)
Satu-satunya hal yang harus dilakukan orang Yahudi adalah
mengatakan: “Aku ingin mati”, baik pada saat itu ataupun sekarang. Bila hal
tersebut terjadi, maka Quran terbukti salah. Namun mereka takkan pernah
menginginkan kematian datang padanya.
CURRENT TEST
Untuk test kedua yakni test yang berlaku pada zaman sekarang
dan yang akan datang. Dalam al-Quran disebutkan:
“Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras
permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan
orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat
persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata:
“Sesungguhnya kami ini adalah Nasrani”. Yang demikian itu disebabkan karena
diantara mereka itu (orang-orang nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan
rahib-rahib, (juga) karena sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri”.
(Al-Maidah [5]: 82)
Ayat tersebut menerangkan bahwa diantara Yahudi, orang
Musyrik dan Nasroni, yang paling dekat dengan Islam (persahabatan secara dunia)
adalah Nasroni. Ayat itu juga memberitahukan kepada kita, bahwa musuh Islam
adalah Yahudi dan orang Musyrik.
Memang ada orang Yahudi yang lebih baik dari Nasroni atau
Islam (dalam hal keduniaan; ekonomi, sosial, dll), tapi disini Quran berbicara
keseluruhan, mayoritas bahwa Yahudi takkan pernah bisa menerima Islam sebagai
kerabatnya. Bahkan pimpinan tertinggi kaum Yahudi mengatakan: “setelah
Komunisme Uni Soviet hancur, musuh kita selanjutnya yang harus dihancurkan
adalah Islam”. Ini menjadi bukti bahwa Yahudi akan selalu memusuhi Islam sampai
kapanpun.
Dari kenyataan tersebut, hal yang bisa menggugurkan keaslian
dan kebenaran quran adalah dengan ibarat munculnya pernyataan dari kaum Yahudi:
“baiklah, kita akan berbuat baik, sebaik-baiknya kepada orang Islam selama
beberapa waktu”. Namun bagaimana dengan sekarang? Berhentikah Israel (Yahudi)
dan sekutunya menyerang Palestina (Islam)? Berhentikah mereka dengan ajaran
“ILLUMINATI”nya? Berhentikah mereka meyakini faham “THE NEW WORLD ORDER”nya?
Tidak. Tidak akan pernah.
Mari kita lanjutkan pada contoh kedua bagian CURRENT TEST
ini.
Dalam quran dinyatakan:
Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin
berkumpul untuk membuat yang serupa Al Quran ini, niscaya mereka tidak akan
dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi
pembantu bagi sebagian yang lain". (Al-Isro [17]: 88)
Ayat tersebut merupakan sebuah tantangan dari Allah kepada
manusia seluruh zaman untuk membuat sebuah perumpamaan Al-Quran. Allah
mempersilahkan siapapun untuk mencoba melakukannya dengan meminta bantuan
kepada siapa saja yang dia kehendaki. Bila terlalu sulit, Allah mempermudah
tantangan itu dengan hanya membuat sebuah surat yang mirip, hanya mirip, tidak
harus sama persis, seperti dikisahkan dalam quran:
“Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang al-Qur’an yang
Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang
semisal al-Qur’an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu
orang-orang yang memang benar. (23). Maka jika kamu tidak dapat membuat(nya)
dan pasti kamu tidak akan dapat membuat(nya), peliharalah dirimu dari neraka
yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang yang
kafir (24)”. (Al-Baqoroh [2]: 23-24)
Perlu difahami, untuk membuat sebuah perumpamaan Quran itu
haruslah dengan menggunakan bahasa arab, tidak bisa dengan bahasa Indonesia,
Inggris, Jerman, dll. Namun tentu saja itu takkan pernah terjadi sampai
kapanpun, karena Al-Quran itu sendiri Allah-lah yang menciptakannya, takkan ada
yang bisa menyamai-Nya. Jika ada yang beranggapan bahwa ia bisa, maka
bersiaplah dengan neraka yang bahan bakarnya dari manusia dan batu.
Referensi ayat lain bisa anda lihat di Ath-Thuur [52]: 34,
Hud [11]: 13, dan Yunus [10]: 38.
Ini menjadi contoh lain dari falsification test bagian kedua
yang semakin menguatkan kebenaran Quran.
FINAL TEST
Jika anda tidak bisa menguji kesalahan quran melalui
berbagai tantangan diatas, maka test terakhir ini menjadi penentu usaha kalian.
Sekali lagi saya tekankan, pengujian ini takkan menjadikan quran itu salah,
justru malah akan menguatkan.
Bila anda bukan ahli sejarah yang meneliti kesalahan quran
mengenai kisah tempo dulu, ataupun bukan ahli Bahasa arab yang sanggup membuat
serangkaian ayat yang mirip dengan quran, maka anda bisa mencoba test terakhir
ini.
Test terakhir adalah, cari satu saja kontradiksi (perbedaan)
dalam quran. Misal pada ayat ini surat ini ternyata bertentangan dengan ayat
dan surat lainnya. Silahkan anda cari kontradiksi tersebut. Bila ternyata
kalian menemukannya, maka kalian membuktikan bahwa quran itu terbukti salah.
Sudah banyak orang mencoba menemukan kesalahan-kesalahan
tersebut. Ketika kita mencari di internet, kalian akan menemukan banyak situs
yang mengutarakannya, salah satunya terdapat dalam situs www.mantanmuslim.com.
Tapi semuanya, entah dikutip keluar dari konteksnya, salah penerjemahan, bahkan
pemahaman yang tidak masuk akal, mereka gagal dalam menemukan kontradiksi
tersebut.
Jadi, dari berbagai falsification test tersebut, Quran
menunjukkan cara kepada kita bagaimana membuktikan bahwa quran itu salah, namun
tidak ada yang berhasil menemukan letak celah kesalahan itu sendiri. Jika kita
berfikir bahwa Quran bukan berasal dari Tuhan, silahkan coba tantangan
tersebut. Cobalah sendiri!
No comments:
Post a Comment